Kemon.id, Gunungkidul – Di tepian selatan Gunungkidul, laut bukan sekadar bentangan air dan pasir—ia adalah ruang kesadaran, tempat manusia belajar tentang keseimbangan, daya lenting, dan keberlanjutan. Sejak hadir dua tahun lalu, Jungwok Blue Ocean & Resort menjadi simbol transformasi pariwisata pesisir: bukan hanya menghadirkan keindahan alam, tetapi juga menumbuhkan kesadaran ekologis dan ekonomi berbasis komunitas.
Memasuki gelombang kedua, perjalanan ini menjadi refleksi tentang bagaimana destinasi wisata dapat tumbuh dalam harmoni antara alam, budaya, dan ekonomi lokal. Jungwok kini berdiri sebagai ruang praksis dari konsep pariwisata berkelanjutan (sustainable coastal tourism), sebuah model yang menempatkan manusia dan alam dalam hubungan saling merawat.

Sebuah perayaan dua tahun bersama Denny Caknan, DJ Katty Butterfly & Melody Band Foto: istimewa
Dalam konteks ini, Agus Budi Rachmanto, Sekretaris Umum DPD PUTRI DIY, menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam pengembangan wisata pesisir. Bagi beliau, Jungwok bukan sekadar destinasi, melainkan ekosistem pembelajaran dan pemberdayaan yang menghubungkan pelaku wisata, masyarakat, dan pemerintah dalam satu visi keberlanjutan.
Perayaan dua tahun ini diwujudkan melalui Jungwok Festival, menghadirkan Denny Caknan, DJ Katty Butterfly, dan Melody Band, sebagai simbol harmoni antara kegembiraan, musik, dan kesadaran lingkungan. Di antara irama laut dan denting nada, terselip pesan bahwa pembangunan pariwisata bukan hanya tentang pertumbuhan ekonomi, tetapi juga tentang tumbuhnya kesadaran kolektif akan kelestarian bumi.
Sebagaimana ombak yang tak pernah berhenti bergerak, Jungwok Blue Ocean & Resort terus menulis bab-bab baru tentang perubahan dan pengabdian. “Gelombang Kedua” bukan sekadar perayaan, tetapi manifesto biru tentang masa depan pariwisata yang lebih bijak, manusiawi, dan berkelanjutan, dari pesisir selatan Yogyakarta, untuk dunia. (Ist)
















