Surabaya, kemon.id — Delapan desa terbaik dari berbagai wilayah Indonesia memamerkan inovasi dan gerakan unggulan dalam memperkuat kemandirian serta ketahanan pangan pada babak final Unesa Village Awards (UVA) 2025 yang digelar Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Selasa (25/11/2025).
Final UVA 2025 berlangsung di Auditorium Rektorat Lantai 11 Kampus Lidah Wetan. Para finalis menampilkan praktik baik mulai dari inovasi pangan lokal, pemanfaatan lahan produktif, hingga penguatan ekonomi komunitas desa yang selama ini menjadi fondasi ketahanan pangan nasional.
Mengusung tema “Lomba Desa Swasembada Pangan”, UVA 2025 menyeleksi ratusan desa melalui proses portofolio yang ketat sebelum akhirnya delapan desa melaju ke babak final. Mereka memaparkan berbagai program dan kontribusi yang telah dijalankan sebagai garda terdepan dalam pembangunan pangan berbasis akar rumput.
Wakil Rektor Bidang Riset, Inovasi, Pemeringkatan, Publikasi, dan Science Center Unesa, Bambang Sigit Widodo, menegaskan peran vital desa dalam pembangunan Indonesia.
“Indonesia kuat bila desa kuat. Inovasi desa adalah kunci, terutama di tengah perubahan teknologi hari ini. Perguruan tinggi harus bergerak bersama pemerintah dan industri melalui aksi nyata,” ujarnya.
Kepala LPPM Unesa, M. Turhan Yani, menambahkan bahwa UVA merupakan komitmen berkelanjutan kampus Rumah Para Juara dalam pemberdayaan desa. Ia menyebut bahwa Unesa mendapat rekognisi nasional lewat Juara 1 Mandaya Awards dari Kemenko RI atas inovasi pemberdayaan masyarakat desa.
Sementara itu, Kepala Pusat Pengembangan Desa dan Daerah LPPM Unesa, Mufarrihul Hazin, menjelaskan bahwa penilaian UVA 2025 mencakup lima indikator: inovasi pangan, ketersediaan pangan, akses pangan, peningkatan gizi, dan keberlanjutan program. Ia juga mengungkap bahwa UVA 2026 akan berfokus pada penguatan ekonomi desa melalui koperasi merah putih dan BUMDes.
Dukungan juga datang dari Kemendes PDTT RI. Direktur Pengembangan Sosial Budaya dan Lingkungan Desa dan Pedesaan, Andrey Ikhsan Lubis, menegaskan bahwa masa depan pangan nasional ada di desa.
“Masa depan ketahanan pangan Indonesia tidak berada di gedung-gedung ibu kota, tetapi di sawah, kebun, pekarangan, dan hutan desa. Para penggerak pangan lokal adalah kekuatan utama,” jelasnya.
Dalam final, para peserta dinilai oleh tiga juri: Tatak Setiadi (LPPM Unesa), Isnawati (Fakultas Ketahanan Pangan Unesa), dan Lucky Kusuma Wardani (Kemendes PDTT).
Adapun tiga desa terbaik di UVA 2025 adalah:
• Juara 1: Desa Lutan Mahakan Ulu, Kalimantan Timur
• Juara 2: Desa Cibiru Wetan, Bandung
• Juara 3: Desa Sumbersari, Lamongan, Jawa Timur
Rangkaian UVA 2025 ditutup dengan penandatanganan kerja sama program swasembada pangan desa binaan Unesa. Momentum ini menegaskan bahwa UVA bukan sekadar kompetisi, tetapi gerakan nyata untuk memperkuat ketahanan pangan desa sekaligus menginspirasi percepatan pembangunan menuju Indonesia Emas 2045.
Foto: dok.unesa
















