Kemon.id, Yogyakarta – Malam penutupan Jogja Cultural Wellness Festival 2025 hadir sebagai ruang keheningan yang indah, sebuah malam ketika cahaya, budaya, dan manusia saling menyapa dalam keteduhan. Pada malam yang penuh makna ini, berbagai tokoh hadir memberikan dukungan bagi lahirnya gerakan wellness berbasis budaya di Yogyakarta:
Ibu Widiyanti Putri Wardhana, Menteri Pariwisata Republik Indonesia beserta jajarannya; Bapak Gubernur DIY atau yang mewakili; Gusti Putri dari Kasunanan Kraton Solo; Bapak Budi Waljiman, Wakil Ketua DPRD DIY; Ibu Andriana Wulandari, Ketua Komisi B DPRD DIY; para pimpinan daerah se-DIY; Bapak Hafidz Asram dari Asram Edupark; Kepala Perwakilan Bank Indonesia atau yang mewakili; serta para sponsor, asosiasi pariwisata, komunitas, dan para pengunjung yang memenuhi ruang budaya ini dengan kehangatan.
Acara dibuka dengan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah mempertemukan seluruh unsur masyarakat dalam satu ikhtiar bersama, merawat kembali tubuh, pikiran, jiwa, dan budaya melalui perjalanan panjang lima pekan JCWF 2025.

Sambutan GKR Bendara — Refleksi Makna dan Arah Gerakan
Dalam sambutannya, GKR Bendara memaknai perjalanan JCWF 2025 bukan sebagai sebuah festival semata, melainkan sebagai gerakan kebudayaan yang menghidupkan kembali warisan nilai Jawa dalam konteks kehidupan modern. Beliau mengingatkan bahwa wellness bagi masyarakat Jawa telah lama tertanam dalam filosofi kehidupan:
Salarasing Urip, Wiraga, Wirama, Wirasa — keselarasan yang memadukan raga yang terawat, ritme hidup yang tertata, rasa yang peka, dan jiwa yang damai.
Nilai-nilai inilah yang, menurut beliau, menjadi fondasi bagi Yogyakarta untuk membangun dirinya sebagai destinasi wellness berbasis budaya yang kuat dan berkarakter.
GKR Bendara menegaskan bahwa lima pekan penyelenggaraan JCWF, dari Healthy Food & Herbals, Wellness Movement, Spiritual Wellness, Wellness Art & Craft, hingga puncak “Harmony in Wellness”, adalah hasil dari kelindan indah antara tradisi, inovasi, dan kolaborasi.
Yogyakarta, dengan modal budaya yang tak ternilai, memiliki ruang besar untuk tumbuh sebagai pusat wellness yang bertumpu pada kearifan lokal namun tetap relevan bagi dunia.
Beliau memberikan apresiasi mendalam kepada berbagai pihak:
Kemenparekraf RI, Pemerintah Kabupaten Sleman, dinas pariwisata dan kebudayaan se-DIY, 34 fasilitator program, Didiet Hadiprasetyo Foundation, Prof Nyoman, Mustika Ratu, Mustika Yogyakarta Resort & Spa, Asram Edupark, dan 33 wellness artisan yang menjadi pilar penting dalam merawat ekosistem wellness di Yogyakarta.
Tahun ini JCWF menghadirkan 36 program wellness, mulai dari booth pengalaman, workshop, talkshow inspiratif, hingga program mendalam Sacred Axis Retreat, sebuah perjalanan batin yang membawa peserta pada ketenangan tubuh, kejernihan pikiran, dan kesunyian jiwa.
“Hilang untuk Healing” — Makna yang Diperdalam
GKR Bendara kembali mengangkat tagline JCWF: “Hilang untuk Healing.”
Beliau menjelaskan bahwa dalam budaya Jawa, “menghilang sejenak” bukan berarti lari, melainkan memberi ruang bagi diri untuk pulang, pulang pada napas, pada rasa, pada inti kehidupan. Ruang wellness, karenanya, harus menjadi ruang pemulihan, bukan hanya ruang ekonomi; ruang yang memulihkan generasi muda dari tekanan hidup yang semakin kompleks.
Karena itu, menurut beliau, pembangunan ekosistem wellness adalah bagian dari tanggung jawab bersama dalam mempersiapkan Generasi Emas 2045, generasi yang teguh raganya, jernih pikirannya, dan kokoh identitas budayanya.
Beliau menutup sambutan dengan harapan agar gerakan wellness di Yogyakarta terus tumbuh, meluas, dan mengakar. Malam penutupan yang disertai Night Healing Music Concert bersama Kunto Aji diharapkan menjadi titik tenang, titik pulih, dan titik awal perjalanan wellness berikutnya bagi seluruh peserta.

Yogyakarta sebagai Destinasi Wellness Berbasis Budaya
Festival tahun ini kembali menegaskan posisi Yogyakarta sebagai destinasi wellness berbasis budaya, destinasi yang tidak hanya menghadirkan pengalaman, tetapi perjalanan jiwa. Ketika budaya, keberlanjutan, dan wellness berpadu, maka lahirlah ekosistem yang kuat, menghidupi masyarakat, dan memberi manfaat jangka panjang bagi wisatawan maupun warga Yogyakarta sendiri.
Acara diakhiri dengan ungkapan terima kasih dan doa keselamatan, agar seluruh rangkaian JCWF 2025 membawa keberkahan, keteduhan, dan kekuatan baru bagi siapa pun yang pernah melangkah bersama dalam perjalanan lima pekan penuh makna ini. (Adv)
















