Buleleng, Bali, Kemon.id – Pemerintah Kabupaten Buleleng mulai menata jaringan utilitas di kawasan titik nol Kota Singaraja, dari Patung Singa Ambara Raja hingga depan Makam Pahlawan Curastana. Langkah ini bagian dari upaya memperkuat identitas Singaraja sebagai kota heritage.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR) Buleleng, I Putu Adiptha Ekaputra, mengatakan seluruh kabel listrik, telekomunikasi, dan pipa PDAM akan dipindahkan ke bawah tanah. Tujuannya, agar kawasan lebih tertata, aman, dan nyaman bagi masyarakat.
“Penataan kabel bawah tanah ini penting karena kita bekerja di kawasan titik nol Singaraja. Tampilan kawasan jadi lebih rapi dan estetika kota bisa maksimal,” ujar Adiptha, Sabtu (22/11/2025).
Proyek ini membangun jalur khusus utilitas yang sejajar dengan saluran drainase, namun dengan konstruksi berbeda. “Untuk air ada saluran khusus, sedangkan kabel memiliki jalur beton tersendiri. Jadi antar fungsi tidak saling mengganggu,” jelasnya.
Penataan ini dikoordinasikan dengan seluruh pemilik jaringan utilitas, yang menyatakan siap mendukung. Tahap awal akan dimulai dari kawasan timur depan Kantor DPRD Buleleng, lalu dilanjutkan ke barat menuju Jalan Pahlawan dan Taman Makam Curastana, hingga Jalan Krisna di sekitar bangunan heritage Rumah Sunda Kecil.
Selain memindahkan utilitas ke bawah tanah, kawasan juga akan dilengkapi CCTV, penjaga keamanan, dan ruang terbuka hijau (RTH) baru. Pemerintah menargetkan minimal 30 persen area menjadi RTH untuk menjaga kualitas udara dan mengendalikan polusi. Gardu listrik yang selama ini berada di area terbuka juga akan dipindahkan ke lokasi tertutup di belakang gedung galeri Kantor Bupati.
“Tidak ada lagi gardu di pinggir jalan. Semuanya kita siapkan tempat khusus agar lebih indah dipandang dan aman,” tegas Adiptha.
Sekretaris Daerah Buleleng, Gede Suyasa, menegaskan penataan ini bagian dari visi lima tahun kepala daerah untuk merawat identitas heritage kawasan Singa Ambara Raja. “Penataan akan menyentuh lingkungan, sanitasi, hingga utilitas seperti kabel dan pipa yang selama ini tidak tertata. Semua akan diatur ulang agar kawasan benar-benar bernuansa heritage,” ujarnya.
Dinas PUTR menargetkan Detail Engineering Design (DED) dan proses tender selesai sebelum akhir 2025, sehingga pekerjaan fisik bisa dimulai awal 2026 dan rampung dalam enam bulan. “Waktu kerja padat, karena pada Juli kawasan harus steril. Semua harus selesai tepat waktu,” kata Adiptha.
Sumber : InfoPublik
















