Bojonegoro, Kemon.id — Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Bojonegoro, Cantika Wahono, memperkenalkan batik khas Bojonegoro dalam Festival Mbois 10 (FM X) yang digelar di Malang Creative Center (MCC), pada Sabtu (8/11/2025).
Festival Mbois 10 merupakan salah satu ajang kreatif terbesar di Malang Raya dengan tema “Creative City” dan tagline “Celebrating a Decade of Innovation.” Kegiatan ini menjadi bagian dari Indonesia Creative Cities Festival (ICCF) 2025, pertemuan nasional bergengsi yang berlangsung pada 6–10 November 2025 mengusung tema “Nusantaraya: Dari Malang Raya untuk Nusantara.”
Dalam presentasinya, Cantika Wahono menekankan bahwa setiap karya batik Bojonegoro bukan sekadar kain bermotif indah, melainkan warisan budaya yang mengandung makna dan filosofi mendalam.
“Kami di Dekranasda Bojonegoro terus mendorong dan fokus pada peningkatan wastra, terutama batik,” ujarnya.
Ia menjelaskan, motif-motif batik Bojonegoro banyak terinspirasi dari kekayaan alam dan potensi daerah seperti daun jati, salak, padi, hingga ikon wisata Negeri Atas Angin, Kayangan Api, dan Teksas Wonocolo. Ragam motif ini menjadi identitas budaya sekaligus peluang ekonomi bagi para perajin lokal.
Selain batik, Cantika juga memperkenalkan potensi pariwisata, kriya kayu jati, dan kuliner khas Bojonegoro. Produk kriya seperti ukiran kayu jati yang kini populer di pasar nasional dan internasional menjadi daya tarik tersendiri bagi industri kreatif Bojonegoro.
Ia juga memaparkan sejumlah kuliner tradisional yang masih digemari masyarakat, seperti serabi, nasi gulung, dan sambel ale, yang menjadi bagian penting dari promosi wisata kuliner daerah.
Menurut Cantika, pengembangan ekonomi kreatif di Bojonegoro perlu dilakukan dengan pendekatan inovatif agar nilai-nilai tradisional tetap hidup di tengah modernisasi.
“Setiap produk kriya dan kuliner menghadapi tantangan modernisasi, sehingga perlu melibatkan generasi muda agar ide-ide segar dan teknologi baru dapat diterapkan,” tegasnya.
Cantika juga menyebut bahwa Bojonegoro kini memiliki Komite Ekonomi Kreatif sebagai wadah kolaborasi lintas sektor untuk memperkuat ekosistem industri kreatif berbasis kearifan lokal.
Lebih jauh, ia menegaskan komitmen Dekranasda Bojonegoro untuk memperluas jangkauan produk lokal hingga ke pasar global melalui kolaborasi antara pemerintah pusat, daerah, dan pelaku industri kreatif.
“Peluangnya terbuka luas untuk internasional. Kami terus mendorong kolaborasi antara pemerintah pusat, daerah, dan pelaku industri kreatif,” tuturnya.
Sebagai bentuk dukungan nyata, Pemerintah Kabupaten Bojonegoro secara rutin menggelar pelatihan bagi generasi muda, lomba desain dan motif batik, serta Wastra Batik Festival tahunan. Ajang ini menjadi ruang bagi perajin dan desainer muda untuk menampilkan karya terbaik mereka sekaligus memperkuat identitas Bojonegoro sebagai daerah kreatif berbasis budaya.
Sumber : Infopublik
















