BeritaHealthPariwisataUtamaViral

GKR Bendara: Wellness adalah Gerakan Kesadaran, Bukan Tren Sesaat

Kemon.id, Yogyakarta — Gelaran Jogja Culture Wellness Festival (JCWF) 2025 #4 kembali menghadirkan dialog strategis mengenai arah besar wellness Nusantara. Mengangkat tema “Natural Beauty, Family and Inner Child”, rangkaian sesi yang berlangsung di Mustika Yogyakarta Resort & Spa ini menyoroti bagaimana keindahan alam, relasi keluarga, dan penyembuhan batin menjadi fondasi penting dalam membangun ekosistem wellness modern.

Sesi diskusi utama bertajuk “Wellness Tourism & Kolaborasi Komunitas” mempertemukan pelaku industri pariwisata, pengelola destinasi heritage, praktisi leluhur Jawa, dan tenaga kesehatan. Kehadiran berbagai perspektif menunjukkan bahwa wellness hari ini bukan hanya tren, tetapi transformasi sosial yang menyentuh tubuh, pikiran, keluarga, dan kesadaran kolektif.

Foto: Istimewa

Statement GKR Bendara: Wellness sebagai Gerakan Kesadaran

Dalam pembukaan,GKR Bendara,  Chairwoman JCWF 2025, menegaskan pentingnya menjadikan Yogyakarta sebagai pusat gravitasi wellness Nusantara, tempat tradisi, inovasi, dan sains bertemu dalam satu tarikan napas budaya.

Beliau menyampaikan:
Wellness bukan sekadar tren, tetapi gerakan kesadaran. Yogyakarta memiliki modal spiritual, historis, dan kultural untuk menjadi rumah bagi transformasi ini. JCWF adalah jembatan antara tradisi dan masa depan, menghubungkan pengetahuan leluhur dengan sains modern untuk memuliakan tubuh, pikiran, dan jiwa.

Pernyataan tersebut memperkuat relevansi tema “Natural Beauty, Family and Inner Child” yang menekankan pemulihan diri, penguatan relasi keluarga, serta rekoneksi manusia dengan alam dan akar budaya.

Kolaborasi Lintas Bidang: Dari Industri hingga Medis

Diskusi kemudian menghadirkan empat narasumber:

Fadli Fahmi Ali (CEO Werkudara Group) “menyoroti meningkatnya permintaan perjalanan wellness berbasis pengalaman bermakna dan budaya.”

Dewi Soesilowati (Rumah Atsiri Indonesia)  “memaparkan kekuatan botanical & heritage sebagai medium penyembuhan dan storytelling.”

Seno Jati (Cakra Tri Sad Nawa) “menjelaskan laku penyembuhan Jawa berbasis energi, harmoni, dan keseimbangan batin.”

dr. Herin (Forest Therapy Indonesia) “menekankan urgensi pendekatan ilmiah dalam forest therapy dan praktik kesehatan holistik.”

Keempat perspektif tersebut menguatkan arah besar JCWF 2025 #4, bahwa wellness harus dimaknai sebagai perjalanan pulang ke diri, yang mencakup kealamian, hubungan keluarga, dan penyembuhan inner child sebagai bagian dari kebudayaan.

Yogyakarta Menuju Ekosistem Wellness yang Berkelanjutan

Moderator diskusi, Agus Budi Rachmanto, merangkum bahwa Yogyakarta memiliki seluruh komponen untuk menjadi living laboratory wellness Indonesia: tradisi yang kuat, alam yang kaya, komunitas yang aktif, dan pendekatan sains yang terus berkembang.

“Kolaborasi lintas sektor adalah kunci. Wellness bukan hanya tentang program, tetapi tentang ekosistem,” tegasnya.

Foto: Istimewa

Natural Beauty, Family, Inner Child, Arah Baru Wellness Nusantara

Melalui JCWF 2025 #4, Yogyakarta menegaskan bahwa masa depan wellness tidak hanya bertumpu pada program kesehatan, tetapi pada pemulihan hubungan: hubungan manusia dengan alam, dengan keluarga, dan dengan dirinya sendiri.

Dengan visi yang dipandu GKR Bendara, JCWF menjadi ruang edukasi, inovasi, dan gerakan budaya yang mendorong Indonesia menuju masa depan wellness yang lebih holistik, berakar pada nilai lokal, dan relevan secara global. (Adv)

What's your reaction?

Related Posts

Leave A Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *