Yogyakarta, kemon.id – Pemerintah Kota Yogyakarta resmi membatasi kendaraan yang melintas di Jembatan Kewek mulai 10 Desember 2025. Kebijakan ini diambil karena kondisi jembatan yang kian rusak dan dinilai membahayakan pengguna jalan.
Keputusan tersebut disampaikan setelah rapat koordinasi antara Pemkot Yogyakarta dan Pemerintah Daerah (Pemda) DIY di Balai Kota Yogyakarta, Kamis (4/12/2025).
Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo menjelaskan bahwa pembatasan dilakukan sesuai arahan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X, mengingat kondisi Jembatan Kewek yang patah di ujung, bergeser 3 cm, turun hingga 10 cm, dan mengalami kerusakan serius pada bagian bawah struktur.
“Jangka pendek kita bertindak cepat mengatasi kondisi sementara. Sebagian jembatan akan ditutup dan hanya kendaraan kecil, seperti sepeda motor, yang boleh melintas. Kendaraan berat tidak boleh lewat sama sekali,” kata Hasto.
Dengan diberlakukannya pembatasan tersebut, kendaraan besar akan dialihkan ke Jembatan Kleringan. Arus dari Kotabaru, Margo Utomo, maupun Jalan Mataram yang menuju Malioboro akan diarahkan melewati jembatan tersebut. Pemkot juga menyiapkan pemasangan portal pembatas setinggi 3,4 meter agar bus dan truk tidak melintas di Jembatan Kewek.
“Jembatan Kleringan akan dibuat dua arah. Kita juga pasang lampu APILL untuk mengatur kelancaran lalu lintas,” tambah Hasto.
Kepala Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta Agus Arif Nugroho menegaskan bahwa prioritas penanganan saat ini adalah mengurangi beban Jembatan Kewek semaksimal mungkin. “Kemungkinan jembatan hanya akan dibuka pada kondisi tertentu untuk kendaraan roda dua saja,” ujarnya.
Untuk jangka panjang, Jembatan Kewek akan mengalami perbaikan total menggunakan alokasi anggaran sekitar Rp 19 miliar dari APBN 2026. Jembatan berusia 101 tahun itu rencananya dibongkar secara keseluruhan dan dibangun ulang.
Sultan HB X menyampaikan bahwa perbaikan harus dilakukan bertahap sembari memastikan keamanan jembatan selama musim hujan. “Yang penting sementara ini kondisi tidak membahayakan, misalnya potensi longsor atau jembatan turun. Sambil menunggu hitungan dan anggarannya,” ujar Sultan.
Selain aspek teknis, Pemkot Yogyakarta juga menyorot nilai historis Jembatan Kewek. Hasto menekankan pentingnya pendokumentasian jembatan tua tersebut sebagai bagian dari sejarah, karena awalnya didesain oleh Sri Sultan HB VIII.
Perbaikan Jembatan Kewek menjadi prioritas agar keselamatan warga tetap terjaga sekaligus memastikan akses menuju kawasan Malioboro tetap lancar.
Sumber : warta.jogjakota.go.id
















