SEMARANG, 22 Desember 2025, kemon — Wali Kota Semarang Agustina Wilujeng menegaskan komitmennya untuk menjaga kondusivitas dan memperkuat soliditas antar umat beragama menjelang perayaan Natal 2025. Komitmen tersebut disampaikan saat pantauan perayaan Natal sekaligus kunjungan ke sejumlah tokoh agama Nasrani bersama Forkopimda Kota Semarang, jajaran Pemerintah Kota Semarang, serta Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB).
Dalam suasana hangat dan penuh kebersamaan, Agustina menyampaikan bahwa kunjungan ini bertujuan membangun dialog serta mempererat gotong royong lintas iman demi menjaga kedamaian Kota Semarang hingga akhir tahun 2025.
“Saya hari ini ingin bertemu teman-teman untuk ngobrol sebenarnya. Ngobrol untuk sampai dengan akhir tahun 2025, bagaimana kita dapat bersama-sama bergotong-royong, menjaga kondusivitas dan toleransi, kehangatan, kesejukan, dan kedamaian Kota Semarang,” ujar Agustina.
Rombongan mengunjungi JKI Injil Kerajaan–Holy Stadium di kawasan Grand Marina, serta menyambangi kediaman Pendeta Indriyana di wilayah Semarang Barat, Minggu (21/12). Kunjungan ini menjadi simbol penguatan silaturahmi antara pemerintah daerah dan tokoh agama.
Agustina menekankan peran strategis para tokoh agama dalam menjaga ketenteraman kota, terutama di tengah dinamika sosial dan derasnya arus informasi. Menurutnya, setiap pemuka agama dan elemen masyarakat memiliki tanggung jawab bersama untuk saling melindungi dan merawat ruang hidup agar tetap harmonis.
Ia juga menyampaikan bahwa FKUB mendorong ajakan bersama Pemerintah Kota Semarang kepada seluruh umat beragama untuk senantiasa berdoa di tempat ibadah masing-masing. Kekuatan spiritual dan kebersamaan lintas iman diyakini mampu menciptakan suasana kota yang sejuk dan kondusif, sekaligus mendukung iklim pertumbuhan ekonomi dan investasi.
Dengan jumlah penduduk sekitar 1,7 juta jiwa, Agustina menilai Kota Semarang memiliki potensi besar sekaligus tantangan dalam menjaga toleransi. Karena itu, komunikasi dan pertemuan rutin lintas agama menjadi kunci dalam memperkuat soliditas sosial.
“Semakin kita sering bertemu, semakin kita sering berdoa, saya meyakini Kota Semarang akan tetap menjadi kota yang damai. Tempat kita tinggal, tempat kita tumbuh,” katanya.
Lebih lanjut, Agustina menegaskan bahwa upaya menjaga kerukunan tidak hanya bersifat insidental menjelang hari besar keagamaan, tetapi dirancang secara berkelanjutan. Pemerintah Kota Semarang berencana memperbanyak ruang pertemuan lintas iman pada tahun 2026 agar kebersamaan dan toleransi semakin mengakar.
“Untuk tahun 2026, mungkin kita akan lebih sering berkumpul dengan pendeta, dengan FKUB dan tokoh agama lain. Kita buat rancangan tahun 2026 ini menjadi semakin indah untuk Kota Semarang,” pungkasnya.
















