Kemon.id, Yogyakarta – Di tengah arus modernitas yang serba cepat, sekelompok praktisi, seniman, dan penghayat dari berbagai disiplin memilih jalan sebaliknya, jalan hening, jalan penyadaran. Mereka menamakan dirinya Cakra Tri Sad Nawa (369), sebuah gerakan kesadaran dan penyembuhan yang berakar pada filosofi harmoni kosmis: tiga, enam, sembilan. Angka-angka ini bagi mereka bukan sekadar simbol, melainkan peta kesadaran untuk menyelaraskan tubuh, energi, dan jiwa.
Berdiri di jantung kebudayaan Yogyakarta, komunitas ini menjembatani seni, spiritualitas, dan terapi metafisika dalam semangat well-being khas Nusantara. Di bawah bendera “Gerakan Kesadaran, Penyembuhan, dan Kearifan Nusantara”, Cakra 369 menghadirkan praktik meditasi, ritual budaya, hingga performans seni yang dirancang bukan hanya untuk memulihkan tubuh, tapi juga membangkitkan kesadaran kolektif.

“Penyembuhan sejati tidak berhenti pada raga. Ia adalah perjalanan kesadaran untuk menemukan kembali hubungan kita dengan alam dan Sang Sumber,” tutur Senojati, praktisi terapi metafisika sekaligus pimpinan Padepokan Gendam Mataram.
Bersama rekan-rekannya, ia menghidupkan ruang belajar dan penyembuhan yang berpadu antara energi, rasa, dan spiritualitas Jawa.
Di sisi lain, Nanang Garuda menuturkan kesadaran lewat sejarah dan bunyi. Pendiri Rumah Garuda ini memaknai lambang negara bukan hanya secara simbolik, tetapi juga spiritual.
“Garuda adalah cermin perjalanan jiwa bangsa. Musik dan sejarah menjadi medium untuk mengingat kembali itu,” ujarnya.
Sementara Iwan Wijono, seniman kontemporer dan direktur Performance Klub, menggerakkan seni sebagai bentuk refleksi sosial dan spiritual. Karya-karyanya memadukan isu lingkungan, kemanusiaan, dan nilai-nilai leluhur. “Seni adalah doa yang bergerak,” katanya, “ia bisa menjadi terapi, bisa menjadi kesadaran.”
Anggota lain; seperti Ki Singkir, praktisi jamasi pusaka; Neezzar Sayddan, trainer hipnosis lintas Asia; Girian Veriwinata, hipnoterapis klinis anak; hingga Novie Candra, pelatih olah napas dan energi prana, menambah dimensi baru dalam praktik penyembuhan holistik yang mereka jalani. Semuanya berpadu dalam satu frekuensi: harmoni antara pengetahuan modern dan kebijaksanaan lokal.
Melalui partisipasi dalam ajang Wonderful Indonesia Wellness dan Jogja Cultural Wellness Festival (JCWF), Cakra 369 memperlihatkan wajah lain dari wellness , bukan sekadar tren gaya hidup, tapi warisan kesadaran Nusantara yang hidup, menubuh, dan terus bertumbuh.
Bagi mereka, penyembuhan adalah laku. Kesehatan bukan hanya tubuh yang bugar, melainkan jiwa yang sadar dan hati yang selaras. Di sanalah letak sejati dari “Tri Sad Nawa”: keseimbangan manusia, alam, dan semesta. (Ist)
















